Minggu, 30 November 2008

Krisis KeIMANan

28 Nopember 2008....
tercatat sebagai hari keLamq.

bagaiman tdk ????

barang2 yang sangat aku sayangi raib.
adaLah sarung HP yg berisi Nokia 6030, FD, LipbaLm, myk kayu putih, uang Rp 3000,- dan beberapa kertas yang merupakan catatan yg cukup penting.
Humph.....
kLo saja orang yang menemukannya memiliki cukup iman,,,aku yakin banget barang2 ku akan segera kembaLi ke pangkuanku.
tapi aku Lupa,,,kLo sekarang itu krisis keIMANan juga melanda negeri ini.
padahaL bisa dibiLang penduduk Indonesia semuanya memiliki agama.
dipenuhi org2 beragama.

satu pintaku pada Yang Maha Kuasa...

semoga orang yang mengambiLnya ditunjukkan jaLan Lurus.

Mungkin dia berpikir,,,ketika menemukannya dia merasa sangat beruntung...
padahaL sebaLiknya,,,
dia bisa saja terhambat masuk surga gara2 hal itu.
karena aku merasa sangat teraniaya atas kejadian ini.


Ya ALLAH....

ikhLaskan aku....!!!!!

Selasa, 11 November 2008

We Love U, Mom

Ramadhan memang bulan yang penuh berkah. Tidak hanya limpahan pahala, tapi juga nikmat yang tiada tara kita peroleh. Salah satu nikmat yang kita peroleh ramadhan lalu adalah SMS gratis yang dipromosikan oleh TELKOMSEL kepada penggunanya yang berlaku mulai pukul 12 malam sampai 6 pagi. Satu manfaat yang bisa kita peroleh adalah, tidak ada lagi sholat subuh yang dilaksanakan di pagi hari. Ataukah telat bangun gara-gara ketiduran sehabis melaksanakan sholat subuh.
Hal itupun aku manfaatkan sebaik-baiknya. Sehabis sahur, aku akan menunggu sholat subuh dengan ber-SMS ria. Bukan sembarang SMS, tapi SMS yang berisi nasehat atau bahan renungan. Nah, suatu subuh (hm...bahasa apa nih ???), ada adik kelasku semasa SMA yang mengirimi aku sebuah SMS yang sangat panjang. Isinya seperti ini :
Ini mengenai nilai kasih seorang ibu
Seorang anak yang mendapati ibunya sedang sibuk di dapur
kemudian menuliskan sesuatu di selembar kertas.
Ibu menerima kertas tersebut dan membacanya.
Ongkos upah membantu ibu :
1. membantu ke warung Rp. 20.000,-
2. menjaga adik Rp. 20.000,-
3. membuang sampah Rp. 5.000,-
4. membersihkan tempat tidur Rp. 10.000,-
5. menyiram bunga Rp. 15.000,-
6. nyapu Rp. 15.000,-
jumlah : Rp. 85.000,-
Selesai membaca, ibu tersenyum, mengambil pena dan menulis di belakang kertas yang sama
1. mengandung selama 9 bulan Rp. GRATIS
2. jaga malam karena menjagamu Rp. GRATIS
3. air matayang menetes karenamu Rp. GRATIS
4. khawatir memikirkan keadaanmu Rp. GRATIS
5. menyediakan makan, minum, pakaian, dan keperluanmu Rp. GRATIS
jumlah keseluruhan nilai kasihku : Rp. GRATIS
Air mata anak berlinang setelah membacanya, lalu memeluk ibunya dan berkata, ”Aku sayang Ibu.”
Kemudian dia mengambil pena dan menulis di surat yang ditulisnya:
LUNAS
Tidak jauh berbeda dengan anak tersebut, akupun menangis setelah membaca SMS itu. Mungkinkah selama ini aku juga sering menuntut upah atas yang kulakukan atas perintah ibuku ????? Semoga saja tidak.
Ironis memang. Ketika ibu melakukan segala sesuatu untuk kita, dia selalu menjalankannya dengan senang hati, ikhlas, dan sabar. Tapi kenapa giliran kita berbuat sesuatu untuknya, kita malah meminta bayaran atas semua itu ????
Beberapa hari setelah menerima SMS dari adik kelasku itu, seorang teman SMAku juga mengirimiku SMS yang hampir sama. Yang membedakannya hanyalah tulisan yang ditulis oleh sang anak setelah memeluk ibunya. Dia menulis :
UTANG.
Aku langsung berpikir sejenak. Utang. Bukan lunas. Yup, menurutku yang lebih tepat ditulis seorang anak memang ”utang”. Segala yang telah diperjuangkan seorang ibu untuk anaknya memang tidak akan pernah terbalaskan oleh apapun di dunia ini. Entah itu emas, rumah mewah, mobil, ataukah uang yang menggunung. Begitu besarnya kasih seorang ibu.
Apa sih susahnya sedikit berterima kasih untuk kasih ibu, dengan menuruti perintahnya, menyayangi dia, merawat dia, menjaga nama baiknya, dan selalu mendoakannya. Kenapa mesti menunggu dia termakan usia untuk merawatnya dan menghabiskan waktu bersamanya. Kita tidak pernah tahu kapan Allah akan memanggil kita dan ibu kita. Entah siapa yang akan meninggalkan siapa. Nah, selama Allah masih meminjamkan waktu_Nya kepada kita dan ibu kita, kenapa tidak mulai detik ini kita menjadi anak yang pandai berterima kasih. Anak yang mampu membahagiakan orang tuanya. Yang tidak hanya pintar memikirkan egonya, tapi juga orang tuanya.

Pindah ke Lain Hati


“Muthie mau jadi apa?”
Gadis kecil yang sedang sibuk menulis di papan tulis dengan dibantu kursi untuk menunjang tingginya, menghentikan kegiatannya dan berbalik ke ibu guru yang menanyainya.
“Dokter, bu.” Jawabnya singkat dan penuh keyakinan.
Guru itu hanya tersenyum mendengar jawaban salah satu murid berprestasinya. Dia sepertinya sudah tahu kalau jawaban itulah yang akan keluar dari bibirnya mungilnya.
* * *
Delapan tahun kemudian......
”Kenapa gak jadi perawat aja, kak?”
Spontan aku berbalik sambil melempar pandangan sinis ke adikku. Seakan dia baru saja bertanya ’kenapa gak jadi pengemis aja?’. Aku langsung saja membayangkan diriku menggunakan seragam serba putih dengan topi yang juga putih bertenger di kepalaku, kemudian sibuk berjalan kesana kemari sesuai perintah sang dokter.
”Karena perawat itu sama saja dengan pembantu. Yang baru bekerja kalau ada perintah dari dokter. Semacam pembantu dokter gitu. Mana mau aku jadi kayak gitu.”
Adikku yang masih polos mengangguk-angguk saja mendengar jawabanku. Aku sungguh terobsesi ingin menjadi dokter. Sejak mengenal yang namanya cita-cita, aku langsung memutuskan kalau besar nanti harus jadi dokter. Alasannya singkat. Karena dokter itu dekat dengan pasien dan bisa menyembuhkan orang sakit. Tentu dengan bantuan Allah juga.
Sekarang aku duduk di kelas 1 SMA. Masih di kelas yang umum. Penjurusannya nanti setelah penaikan kelas. Tentu saja aku harus duduk di kelas IPA jika ingin mewujudkan cita-citaku. Karena itu, aku belajar mati-matian agar nilaiku tinggi dan dengan mudah masuk di kelas IPA. Terutama yang harus tinggi adalah Matematika, Fisika, Biologi, dan Kimia. Tapi bukan berarti aku menyepelekan mata pelajaran lainnya. Karena jika iya, peringkatku akan terlempar dari 10 besar.
Sebenarnya aku adalah orang yang tidak begitu mementingkan peringkat. Tapi tetap saja harus menjaga gengsi. Apa kata dunia kalau di sekolah prestasiku di bawah rata-rata sementara kedua orang tuaku adalah orang yang bergelut di dunia pendidikan, guru.
* * *
”MUTHIE....KITA SEKELAS”
Aku langsung menjauhkan gagang telepon dari telingaku. Supaya tidak pecah gara-gara mendengar teriakan cempreng. Anita, salah seorang sahabatku yang dari kelas 1 SMP sudah kenal dan dekat sengaja meneleponku untuk menyampaikan kabar gembira tersebut.
”Oya ?? Di kelas mana ?”
”IPA 1.....IPA 1....”
Lagi-lagi aku menjauhkan gagang telepon. Wajar saja kalau Anita segitu girangnya mengucapkan IPA 1. Bagaimana tidak, IPA 1 adalah kelas dimana dikumpulkannya siswa-siswa dengan nilai tinggi dari kelas masing-masing waktu duduk di kelas satu dulu. Aku langsung bersyukur tiada hentinya pada Allah yang telah membukakan jalan_Nya padaku.
”Eh, kita duduknya bareng ya ?? Kamu yang ambil tempat, tapinya”
Humph !!!! Nita....Nita.... Ternyata kamu gak berubah. Masih sering telat. Hari pertama sekolah setelah kenaikan kelas memang ada tradisinya. Siswa-siswa akan datang lebih awal untuk berebut kursi. Biasanya yang jadi rebutan adalah bangku pertama dan kedua. Kentara deh yang duduknya di bangku paling belakang.
* * *
Tidak terasa aku kini duduk di akhir masa putih abu-abuku. Semester akhir di kelas tiga. Semester yang penuh dengan perasaan menegangkan karena akan menghadapi ujian akhir sekolah dan nasional. Tidak hanya itu, kita juga harus siap-siap menghadapi kehilangan terbesar. Berpisah dari guru-guru yang telah memberi banyak ilmu, dari teman-teman yang telah bersama melalui suka duka menjadi siswa SMA, yang kata orang-orang adalah masa terindah. Tapi itulah hidup, ada pertemuan juga akan ada perpisahan.
Semester akhir juga menjadi semester paling menyibukkan. Karena setelah lulus nanti tidak berarti perjalanan terhenti. Justru perjalanan baru saja akan dimulai. Karena di saat itulah masa depan akan ditentukan. Aku tentu saja memutuskan setelah lulus nanti akan lanjut ke perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang menjadi idamanku sejak dulu adalah Unhas. Mungkin karena alasan perguruan tinggi itulah yang paling sering aku dengar namanya karena prestasinya. Juga karena letaknya di Makassar, yang tidak perlu menyeberangi pulau untuk kesana, dari tempat tinggalku tentunya.
”Ayah hanya bisa memberimu 2 pilihan. Kalau bukan di kesehatan, ya di keguruan”
Siang itu aku membicarakan masa depanku bersama Ayah. Bersama dialah aku sering meminta pendapat. Meskipun aku sering menentang pendapatnya.
”Kalau di keguruan kayaknya tidak usah. Soalnya aku paling tidak bisa mengajar. Dan juga tidak punya minat sama sekali.” jelasku.
”Berarti pilihan kamu tinggal di kesehatan.”
”Itu dia yang bikin aku bingung sekarang. SPMB nanti rencananya mau coba IPC, 2 pilihan untuk IPA dan 1 untuk IPS. Pilihan pertamaku Pendidikan Kedokteran. Bagusnya pilihan keduanya apa ya, Yah?“
Ayah diam sejenak.
“Dengar-dengar di Unhas ada jurusan keperawatan. Pilih itu saja !”
Giliran aku yang diam.
Aku sadar sesadar-sadarnya, kalau untuk lulus di kedokteran mesti usaha mati-matian. Apalagi kalau tesnya melalui SPMB. Akan ada banyak saingan yang tidak hanya dari Sulawesi tapi juga pulau-pulau lainnya. Belum lagi otakku yang bisa dibilang pas-pasan kalau mesti bersaing seketat itu.
”Entar aku coba deh” jawabku akhirnya.
Pertimbanganku, kalau tidak lulus di pilihan pertama melainkan pilihan kedua, setidaknya aku bekerja di tempat dimana dokter juga bekerja.
* * *
Besok pengumuman SPMB. Hari ini terasa berjalan lambat dan berat. Pikiranku hanya berkisar pengumuman SPMB, kedoteran, keperawatan, atau malah HI yang menjadi pilihan ketigaku. Bisa juga keperawatan tapi di UIN Makassar. Yup, aku lulus melalui JPPB di keperawatan UIN Makassar. Kalau saja aku orang yang lemah, sangat mungkin aku akan gila hanya karena tegang menunggu pengumuman SPMB yang kurang dari 24 jam lagi.
”Tidak usah gelisah begitu. Besok Ibu belikan kamu surat kabar biar bisa liat pengumumannya disana.”
Yang aku takutkan kalau melihat surat kabar besok, nama dan nomor ujianku tidak muncul. Aku lebih memikirkan perasaan orang tuaku dibandingkan perasaanku sendiri. Begitu banyak uang yang mereka keluarkan sampai aku ikut tes SPMB. Mulai dari biaya bimbingan belajar sampai formulir. Aku hanya berharap bisa lulus di Unhas di pilihan keberapa pun.

Keesokan harinya........
”Selamat ya, kamu bakalan kuliah bersama Maya dan Angrgi,” ucap Erna melalui telepon. Dia terpaksa menyampaikan kabar ini melalui telepon karena nomor Hpku tidak aktif. Sebenarnya tadi malam dia kirim SMS minta nomor ujianku. Tapi Hpku dipinjam sama om, jadinya nomorku tidak aktif.
Sebenarnya aku masih bingung lulus dimana. Karena Erna hanya bilang aku akan kuliah bersama Maya dan Anggi. Tapi mendengar nama Anggi, salah satu temanku yang lulus JPPB di jurusan keperawatan Unhas, aku langsung tau dimana akhirnya Allah menunjukkan jalanku.
Masih setengah percaya, aku langsung berlari mencari ibuku untuk menyampaikan kabar gembira ini, setelah sujud syukur tentunya. Ibuku lebih bahagia lagi dari aku sendiri. Dia bilang mau beli surat kabar untuk lebih memastikannya. Bukannya ragu kalau aku lulus, tapi dia juga ingin merasakan kebahagiaan menemukan nama dan nomor ujian peserta SPMB yang lulus.
”Ah....mungkin temanmu salah lihat kode. Siapa tahu kamu lulusnya di kedokteran, bukan di keperawatan. Coba cek ulang !” ucapan ayahku terdengar menggelikan. Aku saja yang ikut ujian tidak begitu ngotot lulus di kedokteran kalau memang hasilnya mengatakan sebaliknya. Mungkin dulu Ayah juga tertular kegilaaku pada kedokteran. Aku jadi berpikir, jangan-jangan yang punya cita-cita ingin jadi dokter Ayahku sendiri, bukannya aku.
* * *
Tahun kedua di keperawatan......
Allah ternyata punya rencana lain meluluskan aku di keperawatan. Dia ingin membuka mataku kalau ternyata perawat itu bukan pembantu, asisten, atau malah suruhan dokter. Perawat adalah partner dokter. Perawat, dokter, dan paramedis lainnya bekerja sama untuk mewujudkan kesembuhan klien. Mereka bekerja pada bidang keahlian masing-masing tanpa ada perbandingan derajat di antaranya.
Allah juga telah memberikan sesuatu yang merupakan kebutuhanku, bukan keinginanku semata. Aku masih ingat alasanku ingin menjadi dokter. Yaitu bisa dekat dengan pasien, mendengar keluh-kesahnya, dan merawatnya. Yang ternyata hanya bisa aku lakukan jika menjadi seorang perawat.
Terima kasih ya Allah, karena Engkau telah memberikan yang terbaik buatku. Semoga segala yang Engkau titipkan padaku, bisa aku manfaatkan tidak hanya untuk diriku sendiri tetapi juga untuk orang banyak. Semoga segala sesuatu yang aku lakukan, memperoleh ridho dari_Mu. Amin.

The end

Senin, 10 November 2008

Lab Lagiiiiiiiiii

humphhhhh......
lab jalan lg nih satu

PK alias CP

kita tuh mesti serius abiz n g boleh alpa nih lab
karena mesti bayar 100ribu bwt ikut nih lab.

tapi bkn krn byrnya sih makanya harus ikut
tapi krn ilmunya yg msti dikejar.

tp heran,,,
kita dah bayar iuran POMD tp ko' masih byr Lab gtu ???

Minggu, 09 November 2008

Antara Gossip dan Sokrates

Mungkin kalian bertanya, siapa sih Sokrates itu ??? Yang jelas dia bukan pembawa acara gossip ataupun orang yang suka bergossip. Dia adalah filsuf terkenal yangz diberi gelar Bapak Filsafat. Lantas apa hubungannya dengan gossip ?

Konon, suatu hari dia didatangi seorang pemuda yang membawa kabar tentang sahabat Sokrates kepadanya. Tetapi sebelum pemuda tersebut menyampaikan kabar yang dibawanya Sokrates malah melemparkan 3 buah pertanyaan. Pertama, apakah kabar tersebut benar adanya, kedua, apakah berita itu baik atau buruk, dan yang ketiga, apakah berita itu membawa manfaat baginya. Untuk pertanyaan pertama, pemuda itu menjawab bahwa ia tidak yakin apakah berita itu benar atau tidak karena ia hanya samar-samar mendengarnya. Pertanyaan kedua dijawab bahwa berita itu merupakan berita buruk. Dan untuk pertanyaan ketiga, pemuda itu menjawab bahwa berita itu tidak membawa manfaat untuknya. Dengan segaris senyum, Sokrates menolak untuk mendengarkan berita tersebut. Dengan alasan untuk apa dia membuang waktu untuk mendengarkan kabar yang belum tentu kebenarannya, bukan berita baik, dan juga tidak membawa manfaat bagi dirinya.

Ironis memang. Kita yang hidup di zaman modern dan serba canggih ini malah hobi menghabiskan waktu hanya untuk membahas sesuatu yang sia-sia. Malahan kita kecanduan untuk membicarakan keburukan orang lain yang kita sendiri tidak tahu kebenarannya. Bagaikan meminum air asin, semakin diminum kita merasa semakin haus. Perkembangan teknologi dan informasi tidak membawa kita semakin maju, malahan memundurkan kita. Karena kita tidak pandai untuk memanfaatkan kemajuan tersebut.

Semakin menjamurnya acara gossip di televisi menjadikan kita semakin tertarik pada “sampah” tersebut. Sesuatu yang semestinya kita buang malah kita cari-cari dan butuhkan. Gossip, ghibah, dan istilah lainnya tidak hanya membuat kita menjadi manusia yang gemar membuang waktu, tetapi juga pencetak dosa. Banyak di antara kita yang menyadari bahwa ghibah itu dilarang agama, tetapi tetap saja kita senang mengonsumsinya. Bukan tidak mungkin jika orang yang kita gunjingkan itu mengetahui bahwa kita gemar membicarakannya menjadi benci dan menjuahi kita. Bertambah lagi deh kerugian dari bergossip.

Nah, setelah tahu kalau bergossip itu tidak digemari oleh Sokrates, membuang waktu, menambah dosa, bisa merusak tali persaudaraan, dan yang paling utama dilarang agama, kenapa masih ragu untuk menjauhinya. Mending kita gunakan waktu kita untuk membahas hal-hal yang lebih bermutu dan tentunya membawa manfaat bukan hanya untuk diri kita, tetapi juga orang lain. Tanamkan dalam diri kita bahwa kita tidak membutuhkan informasi yang sama-samar, tidak baik, dan tidak membawa manfaat bagi diri kita. Mari kita jadikan perkembangan teknologi dan informasi sebagai modal kita untuk maju ke arah yang lebih positif.

humpH,...........

duh,,,cape' banget nih

selesai kerja laporan yang ini
yang itu mw d'selesaiin jg
mana deadline bwt masukin cerpen minggu ini lagi.

g ada inspirasi lagi buat bikin 2 cerpen.

arrrrrggghhhhhhhhh......

bawaannya pengen triak melu2

ada yang mw bantuin g cari inspirasinya????

hadiahnya:
dapat pahala dari ALLAH

ayo...buruan !!!!!!!!!

Kamis, 06 November 2008

boLos Lgiiiiiii

hiks....hiks.....
bolos kuliah lagi nih.

padahal dah selesein laporan faal.
gara2 printer yg rusak plus supir pte2 yg g mw brgkt
kalo penumpangnya g full.

jadi,,,,aku telat dtg n g boleh msk.


pokoke g boleh t'ulang lg.

cemangat....!!!!!!!!!!!!!

Lab.....t'cinta

setelah asyik kuliah tanpa Lab,,,
akhirnya Lab jg (dehhh kyk dtunggu2 aje neng).

Lab faaL dah Lwt 1 praktikum.
aLhamduLiLLah g gares.

sekarang lagi mikirin krj laporannya.

mslhnya komp.ku kena viruuuus
makanya g bebas buat laporannya.

duh.......
ada yg mw bantuin g ?????


cukup bantu aku basmi para pembuat virus.


cHayooooo....OBAMA

g tw napa,,,aku Lbh deg2an nungguin hsL pmLu d'amrik
dbndingkan d'kota aku sndri.

mski g bs ikut andil tas t'pilihnya presiden
tp aku sgt senang krn yg akhrnya t'plh adLh

Barack Obama.

bkn krn dia prnh tinggal d'Indonesia Lho....

tp aku suka dgn misinya yg ingin menegakkan kdamaian dunia.
salah satunya dgn menarik para tentara di irak.

moga jg hub. amrik ma negara lainnya utamanya ngra islam bs m'jd lbh baik.


SELAMAT aja degh buat presiden baru AMERIKA..

Senin, 03 November 2008

I'm going to be STRESS

minggu-minggu stress dah dimulai nih...

lab-lab dah pada jaLan
tugas-tugas dah pada menyapa
Lum Lg mid n fnL yg siap-siap nyerbu.

akunya cm bs berkerut kening
menghadapi semuanya.
bersakit kepala mikirinnya.

arrrggggghhhhhhhhh.........
coba aja dengan teriak semuanya bs beres.

ah.....ngawur deh jadinya.

kalo pengen semua urusan lancar kan mesti ada kerja keras
plus doa yg g ada henti"nya.