Selasa, 11 November 2008

We Love U, Mom

Ramadhan memang bulan yang penuh berkah. Tidak hanya limpahan pahala, tapi juga nikmat yang tiada tara kita peroleh. Salah satu nikmat yang kita peroleh ramadhan lalu adalah SMS gratis yang dipromosikan oleh TELKOMSEL kepada penggunanya yang berlaku mulai pukul 12 malam sampai 6 pagi. Satu manfaat yang bisa kita peroleh adalah, tidak ada lagi sholat subuh yang dilaksanakan di pagi hari. Ataukah telat bangun gara-gara ketiduran sehabis melaksanakan sholat subuh.
Hal itupun aku manfaatkan sebaik-baiknya. Sehabis sahur, aku akan menunggu sholat subuh dengan ber-SMS ria. Bukan sembarang SMS, tapi SMS yang berisi nasehat atau bahan renungan. Nah, suatu subuh (hm...bahasa apa nih ???), ada adik kelasku semasa SMA yang mengirimi aku sebuah SMS yang sangat panjang. Isinya seperti ini :
Ini mengenai nilai kasih seorang ibu
Seorang anak yang mendapati ibunya sedang sibuk di dapur
kemudian menuliskan sesuatu di selembar kertas.
Ibu menerima kertas tersebut dan membacanya.
Ongkos upah membantu ibu :
1. membantu ke warung Rp. 20.000,-
2. menjaga adik Rp. 20.000,-
3. membuang sampah Rp. 5.000,-
4. membersihkan tempat tidur Rp. 10.000,-
5. menyiram bunga Rp. 15.000,-
6. nyapu Rp. 15.000,-
jumlah : Rp. 85.000,-
Selesai membaca, ibu tersenyum, mengambil pena dan menulis di belakang kertas yang sama
1. mengandung selama 9 bulan Rp. GRATIS
2. jaga malam karena menjagamu Rp. GRATIS
3. air matayang menetes karenamu Rp. GRATIS
4. khawatir memikirkan keadaanmu Rp. GRATIS
5. menyediakan makan, minum, pakaian, dan keperluanmu Rp. GRATIS
jumlah keseluruhan nilai kasihku : Rp. GRATIS
Air mata anak berlinang setelah membacanya, lalu memeluk ibunya dan berkata, ”Aku sayang Ibu.”
Kemudian dia mengambil pena dan menulis di surat yang ditulisnya:
LUNAS
Tidak jauh berbeda dengan anak tersebut, akupun menangis setelah membaca SMS itu. Mungkinkah selama ini aku juga sering menuntut upah atas yang kulakukan atas perintah ibuku ????? Semoga saja tidak.
Ironis memang. Ketika ibu melakukan segala sesuatu untuk kita, dia selalu menjalankannya dengan senang hati, ikhlas, dan sabar. Tapi kenapa giliran kita berbuat sesuatu untuknya, kita malah meminta bayaran atas semua itu ????
Beberapa hari setelah menerima SMS dari adik kelasku itu, seorang teman SMAku juga mengirimiku SMS yang hampir sama. Yang membedakannya hanyalah tulisan yang ditulis oleh sang anak setelah memeluk ibunya. Dia menulis :
UTANG.
Aku langsung berpikir sejenak. Utang. Bukan lunas. Yup, menurutku yang lebih tepat ditulis seorang anak memang ”utang”. Segala yang telah diperjuangkan seorang ibu untuk anaknya memang tidak akan pernah terbalaskan oleh apapun di dunia ini. Entah itu emas, rumah mewah, mobil, ataukah uang yang menggunung. Begitu besarnya kasih seorang ibu.
Apa sih susahnya sedikit berterima kasih untuk kasih ibu, dengan menuruti perintahnya, menyayangi dia, merawat dia, menjaga nama baiknya, dan selalu mendoakannya. Kenapa mesti menunggu dia termakan usia untuk merawatnya dan menghabiskan waktu bersamanya. Kita tidak pernah tahu kapan Allah akan memanggil kita dan ibu kita. Entah siapa yang akan meninggalkan siapa. Nah, selama Allah masih meminjamkan waktu_Nya kepada kita dan ibu kita, kenapa tidak mulai detik ini kita menjadi anak yang pandai berterima kasih. Anak yang mampu membahagiakan orang tuanya. Yang tidak hanya pintar memikirkan egonya, tapi juga orang tuanya.

Tidak ada komentar: