Kamis, 18 Desember 2008

My Name

Mom dan Dad yang aku sayangi dan cintai karena ALLAH 19 tahun yang lalu memberiku sebuah nama yang sangat cantik dan bagus maknanya. Muthmainnah, yang dalam bahasa Indonesia berarti tenang. Aku tidak tahu alasan mengapa mereka memberiku nama seperti itu. Aku hanya bisa menebak kalau mereka ingin mendoakanku agar selalu bisa bersikap tenang dalam segala hal. Kesusahan utamanya.
Bertambahnya usiaku menyadarkan aku kalau nama itu tidak hanya aku yang menyandangnya. Ketika duduk di bangku SD, aku memiliki adik kelas yang namanya sama denganku. Berpindah ke tingkat selanjutnya, teman sekelasku malah ada yang bernama Mutmainnah juga, tapi tanpa ‘H’ antara T dan M. Untuk membedakannya aku terpaksa memakai nama Dad di belakang namaku, jadinya Muthmainnah Yunus atau teman-teman hanya menyebut Innah Y. Sementara temanku yang satunya dipanggil Innah T, yang kadang-kadang ia panjangkan menjadi Innah Totti. Masih ada juga yang bernama sama di kelas lain.
Berpindah ke seragam putih abu-abu, ada juga yang bernama demikian. Tapi dia masih temanku yang SMP dulu. Berhubung karena sudah tidak ada yang bernama demikian di kelasku, maka aku tidak perlu lagi memakai nama Dad di belakang namaku. Bukannya tidak membanggakan adanya nama Dad di belakang namaku, tapi aku hanya mengikuti namaku berdasarkan akte kelahiranku.
Hijrah ke perguruan tinggi, yang pertama kali aku cek adalah absennya. Apakah ada Muthmainnah lain di jurusanku. Dan jawabannya adalah, ada. Cuma beda di huruf ‘H’. Takut kejadian SMP terulang lagi, maka ketika memperkenalkan diri, aku menyampaikan kalau nama panggilanku adalah Mute’, supaya kami yang bernama sama tidak perlu khawatir kecele ketika dipanggil sama teman-teman.
Bicara soal nama panggilan, aku punya banyak. Nama panggilan sewaktu kecilku adalah Nanang. Kenapa bisa begitu ???
Waktu aku terlahir di dunia ini, aku bukanlah anak pertama. Jadi, aku punya kakak waktu itu. Kakak satu-satunya. Nah, kakakku inilah yang waktu aku lahir selalu bilang ”ana’-ana’” yang berarti anak-anak. Maka dari itu, Mom dan Dad memberiku nama panggilan kala itu Nanang. Tapi, entah kenapa nama itu terdengar aneh di telingaku. Selain itu, dalam pandanganku nama panggilan itu mestinya punya kemiripan dari nama lengkap, atau bisa juga singkatan dari nama lengkap.
Akhirnya, secara sepihak aku mengganti nama panggilanku menjadi ”Innah”. Waktu itu aku bahkan mengancam temanku jika memanggil dengan sebutan ”Nanang”, gak bakalan aku membalasnya. Dan, akupun berhasil menggantinya.
Anehnya, masa sekolah teman-temanku malah ada yang memangilku dengan sebutan lain. Muthma misalnya. Mungkin kepengen beda aja dari yang lainnya, temanku yang bernama Wahidah ini memanggilku seperti itu. Tapi aku tidak keberatan (karena memang aku punya berat badan kurang ^_^), sebab nama yang dia panggilkan ke aku tidak seaneh panggilan kakak masa kecil dulu.
Kelas 3 SMA, masih aja ada yang bereksperimen dengan namaku. Erna misalnya, suatu hari memanggilku dengan sebutan Mute’. Agak aneh kedengarannya tapi aku waktu itu tidak melarangnya memanggilku demikian. Justru aku mengganggapnya sebagai panggilan sayang.
Nah, dari Mute’ itu berkembang menjadi Myutz, Mayit (mirip-mirip mayat), bahkan Ma’nyozt. Ini nih ulah si Halimah dan Ratuh. Tapi sekali lagi aku tidak keberatan dengan asumsi itu panggilan sayang mereka ke aku. Tapi untuk yang ’Mayit’ itu hanya berlangsung sesaat saja waktu di kelas 3. Cuma iseng-isengan si Halimah kalau pengen gangguin aku.
Sementara untuk ”Ma’nyozt” itu sudah melekat menjadi panggilanku buat Ratuh dan Halimah. Sampai-sampai kalau lagi nonton Wisata Kuliner, trus si Host mengomentari makanannya dengan berkata ”ma’nyost” aku langsung teringat dengan si Ratuh. Dari Ma’nyozt ini juga terbentuk satu panggilan lagi. Jadinya Nyozt. Ini juga dipake sama Seni buat panggil aku.
Di keperawatan ada juga yang biasa iseng manggilin Myuts atau juga Ute’ (jadi kayak panggil Ruth Sahanaya).
Sekali lagi, aku gak keberatan dengan nama yang mereka berikan ke aku. Selama aku merasa nyaman dan tidak terganggu akan hal itu. Dan artinya juga tidak aneh-aneh.
Sementara panggilan yang aku buat sendiri, kadang-kadang aku promosikan lewat dunia maya atau komunikasi adalah Muthie. Ini aku ambil dari nama panggilan adik Anita yang juga kebetulan punya nama sama denganku. Bahkan teman dunia mayaku kadang-kadang menebak kalau nama lengkapku adalah Mutiara. Nah, untuk nama pena, aku memakai Muthie Salsabil. Salsabil aku pilih karena dua alasan. Pertama, aku suka sekali mendengar nama itu. Terdengar cantik di telingaku. Yang kedua, karena ternyata Salsabil itu nama sungai yang ada di surga, yang airnya tidak akan pernah kering sampai kapanpun. Nah akupun juga berharap, kelak ketika cita-cita menjadi penulis terwujud, tulisan-tulisan yang aku buat selalu dikenang oleh pembacanya, tidak pernah mati.
Awalnya, aku sering merasa risih dengan nama yang diberikan Mom dan Dad. Bukan karena jelek atau apa, tapi hanya karena banyak orang yang memakai nama itu. Jadinya terkesan kalau nama Muthmainnah itu adalah nama pasaran. Tapi kemudian aku menarik kesimpulan, seperti barang-barang mahal dan berkualitas tinggi di Mall, semua orang ingin memilikinya. Maka, nama Muthmainnah itu adalah nama yang paling bagus dan indah yang semua orang ingin memilikinya.
Overall, itu hanya pendapat pribadi. Di luar nama Muthmainnah juga ada nama-nama bagus nan indah lainnya. Yang terpenting adalah bagaimana si pemilik nama menjaga makna dari namanya sendiri.
Mom, Dad, I just wanna say thanks for giving me a beautiful name.

Tidak ada komentar: